FRAT, KOK MAU
JADI FRATER SIH?
Sebagaimana
kebiasaan para frater Misionaris Keluarga Kudus (MSF), pekan suci menjadi
kesempatan untuk ber-assistensi di
paroki-paroki MSF. Tidak terkecuali saya yang diutus ke paroki Hati Yesus Maha
Kudus (HYMK) Purwodadi untuk membantu para konfrater yang berkarya di paroki
tersebut. Saya menyambut tugas perutusan ini dengan sukacita, makhlum, ini
menjadi tugas assistensi paskah pertama saya sebagai calon imam MSF.
Sehari menjelang
tri hari suci, Romo Andri MSF, Romo Kepala Paroki HYMK menjemput saya di Biara
Nazaret Yogyakarta. Layaknya seorang misionaris, saya hanya berbekal satu tas
ransel berisi sepotong jubah, sepasang sepatu, dan beberapa pakaian ganti.
Perjalanan dari
Yogyakarta ke Solo terasa aman terkendali, bahkan saya bisa sesekali tertidur
dalam mobil tersebut. Akan tetapi, saya mau tidak mau harus terbangun ketika
mobil yang saya tumpangi memasuki wilayah Grobogan. Mobil yang sebelumnya
melaju dengan nyaman berubah menjadi mobil goyang karena harus menerobos jalanan
yang rusak untuk menuju gereja Paroki HYMK Purwodadi.
Akhirnya saya
sampai juga di pastoran paroki tersebut pada malam hari menjelang kamis putih. Oleh
Romo Andri MSF, saya diminta mempersiapkan diri untuk membantu perayaan tri
hari suci di gereja paroki tersebut. Maka, mulai malam itu aku mempersiapkan
diri mulai dari renungan-renungan sampai latihan menyanyikan exultet.
Jumlah umat
paroki tersebut tidak begitu banyak jika dibandingkan jumlah umat paroki Banteng
dimana skolastikat MSF berada. Bagi kebanyakan umat di Paroki Keluarga Kudus Banteng
tidak asing dengan kehadiran frater, suster, maupun bruder karena saking banyaknya komunitas di paroki
banteng. Akan tetapi, bagi umat paroki HYMK Purwodadi kehadiran seorang frater
seolah menjadi barang langka. Bahkan mereka menganggap seorang frater mumpuni, serba bisa, padahal saya
sendiri masih belajar. Saya mencoba untuk memberikan diri semampu saya dan
sesuai peran saya sebagai calon imam.
Saya mendampingi
Imam setiap perayaan tri hari suci, kamis putih, jumat agung, dan malam paskah,
serta minggu paskah. Selain itu, saya melibatkan diri dengan dinamika umat
dalam persiapan perayaan paskah, seperti penataan tempat, merangkai bunga,
latihan koor, latihan misdinar, dan persiapan paramenta. Bertegur sapa dengan
umat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa,
sampai yang sudah lanjut usia. Kebanyakan mereka mengaku senang atas
kehadiran seorang frater yang memberi kemeriahan dalam perayaan paskah.
Syukur pada
Tuhan bahwa kehadiran saya dirasakan baik dan membantu umat memasuki misteri
agung iman kita yakni misteri paskah. Sungguh bahagia rasanya melihat keceriaan
umat ketika saling memberi ucapan paskah. Kebangkitan Yesus memberi sukacita
dan semangat persaudaraan. Akan tetapi, kiranya tidak terhenti pada rasa senang
belaka. Kristus sendiri mengajak kita untuk semakin beriman dalam pekerjaan dan
menghayati salib Tuhan. Dengan kata lain, kita diutus untuk mewartakan kabar
sukacita melalui panggilan hidup kita masing-masing.
Panggilan
Panggilan dalam
arti terbatas adalah panggilan imamat dan hidup bakti itu sendiri. Panggilan
pada jaman ini bisa dikatakan langka. Hal itu bukanlah sebatas wacana tetapi
sungguh nyata.
Setelah saling
memberikan ucapan paskah, saya spontan mengajak para misdinar untuk mau masuk
seminari menjadi imam. Akan tetapi, apakah tanggapan mereka? Salah seorang
diantara mereka bernama Andre yang duduk di kelas XI SMA, dengan lantang
menjawab, “Ya nanti biar anak saya saja, Ter!”
Waktu itu saya
menjadi sadar bahwa inilah realita yang terjadi dalam gereja dimana panggilan
tidak lagi menarik. Kerinduan umat akan sosok imam dan frater yang sedia
melayani dan memimpin perayaan ekaristi, tidak diimbangi oleh semangat
panggilan dalam diri kaum muda. Kaum muda jaman ini telah dipenuhi oleh
pelbagai pilihan remeh dan tidak penting sehingga sulit untuk memilih
pilihan-pilihan radikal, pelayanan demi banyak orang dalam mengikuti Yesus.
Kemajuan jaman
ini menuntut setiap orang memiliki pegangan atau pedoman hidup. Banyak kasus
kemerosotan moral terjadi karena banyak orang larut dengan kesibukan dan
melupakan panggilannya sebagai anak Allah. Pedoman hidup yang paling utama bagi
orang kristiani adalah Kristus sendiri. Bagaimana kita mengenal Kristus?
Bagaimana bisa kita mengenal Kristus tanpa seorang saksi? Kristus tidak tinggal
lagi dengan kita sebagaimana pengalaman Ia bersama para murid 2000 tahun yang
lalu. Untuk mengenal Dia yang hidup, menderita, wafat, dan bangkit, kita
membutuhkan saksi-saksi iman. Saksi-saksi iman tersebut tidak lain adalah imam,
biarawan, dan biarawati yang secara khusus ambil bagian dalam pewartaan injil
Tuhan.
Dari
keprihatinan tersebut, kita disadarkan bahwa panggilan imam dan hidup bakti
semakin penting di tengah spiritualitas, doa, dan karya pastoral umat beriman.
Melihat kebutuhan mendesak tersebut tiada hentinya kita diundang untuk berdoa bersama
secara khusus memohon kepada Tuhan akan tumbuhnya benih panggilan imamat dan
hidup bakti di antara kaum muda.
Panggilan imamat
dan hidup bakti memang tidak bisa dipaksakan. Hal itu karena tumbuh dari
pengalaman personal perjumpaan dengan Kristus. Maka di sini, juga menuntut
kesaksian yang baik diberikan oleh mereka yang menyandarkan diri kepada injil
(imam, biarawan, dan biarawati) melalui perutusan mereka masing-masing sehingga
semakin memikat orang untuk mempersembahkan diri secara total demi kerajaan
Allah.
Yesus sendiri
terus-menerus berkata, “Datanglah ke mari, ikutilah Aku” (Mrk 10:21). Saya
tidak bermaksud menganalogikan ajakan saya kepada misdinar paroki HYMK
Purwodadi dengan ajakan Yesus. Akan tetapi, tidak ada salahnya mengajak dan
menantang kaum muda untuk ambil bagian dalam karya perutusan Kristus, sebagai
imam, biarawan, dan biarawati.
Saya sadar
mengikuti Yesus tidak mudah. Menerima undangan-Nya berarti tidak lagi memilih
jalan kita sendiri. Saya sadar seringkali harus menyangkal diri dengan
membenamkan kehendak diri sendiri ke dalam kehendak Yesus. Namun, jika kita mau
mengistimewakan Dia di dalam hidup ini, kita pun akan diistimewakan oleh Dia.
Ivan Mahendra MSF
(disadur
dari PRABA Tahun 64-No.12-Juni-II-2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar