Kamis, 27 November 2014

Seminari Berthinianum dan Novisiat MSF 
(Biara Bethlehem Salatiga)

Jl. Cemara 41 A

Welcomee.......!!!


Jumat, 21 November 2014

Kamis, 20 November 2014 - Ratusan rohaniwan/wati yang tergabung dalam IKHRAR (Ikatan Karya dan Hidup Rohani Antar Religius Rohaniwan) memenuhi Kapel Bintang Samudera Jl. Colombo 19 Yogyakarta. 

Kami mengikuti Perayaan Ekaristi Pembukaan Tahun Hidup Bhakti yang dicanankan Bapa Suci Paus Fransiskus.

Senin, 17 November 2014

"Sentuhlah HATINYA dengan HATIKU"

 
         Jumat-Minggu, 14-16 November 2014, di Ambarawa, Sekitar 50-an biarawan-biarawati dari 27 kongregasi mengadakan kegiatan "Pertemuan Promotor Panggilan Kongregasi Keuskupan Agung Semarang".       



Diundang juga untuk Sharing tentang pengalaman Kaum Muda (OMK) dalam keterlibatannya di Gereja. Landri adalah salah satu perwakilan Indonesia dalam AYD (Asian Youth Day) di Korea 2014. Ia pun sempat menghadiri WYD (World Youth Day) di Brazil. Landri bersama teman-temannya (Leo-Titus-Adi- dan Martin) memberi gambaran bagaimana sekarang ini masih banyak anak muda yang "nggetih" (militan) dalam hidup menggereja.... Patut ditiru...!!!


Tim Musik mengiringi Landri dan kawan-kawan menyanyikan lagu persembahan untuk para biarawan-biarawati yang hadir.

Rm. Heri Purnawan MSF atau dikenal dengan Rm. Ipeng, tampil penuh mempesona dengan saxophone-nya.... Ternyata baru 3 minggu belajarnya...hahaha. Mantab Moo....!!!



Ayoo.. Rekan-rekan Muda...tunjukkan dirimu....!!!
Bergabunglah bersama kami....!!!

(join us FB: KAWAN MSF)










Sabtu, 01 November 2014

Winaz in action


































Frat, kok mau jadi frater sih?

FRAT, KOK MAU JADI FRATER SIH?

Sebagaimana kebiasaan para frater Misionaris Keluarga Kudus (MSF), pekan suci menjadi kesempatan untuk ber-assistensi di paroki-paroki MSF. Tidak terkecuali saya yang diutus ke paroki Hati Yesus Maha Kudus (HYMK) Purwodadi untuk membantu para konfrater yang berkarya di paroki tersebut. Saya menyambut tugas perutusan ini dengan sukacita, makhlum, ini menjadi tugas assistensi paskah pertama saya sebagai calon imam MSF.
Sehari menjelang tri hari suci, Romo Andri MSF, Romo Kepala Paroki HYMK menjemput saya di Biara Nazaret Yogyakarta. Layaknya seorang misionaris, saya hanya berbekal satu tas ransel berisi sepotong jubah, sepasang sepatu, dan beberapa pakaian ganti.
Perjalanan dari Yogyakarta ke Solo terasa aman terkendali, bahkan saya bisa sesekali tertidur dalam mobil tersebut. Akan tetapi, saya mau tidak mau harus terbangun ketika mobil yang saya tumpangi memasuki wilayah Grobogan. Mobil yang sebelumnya melaju dengan nyaman berubah menjadi mobil goyang karena harus menerobos jalanan yang rusak untuk menuju gereja Paroki HYMK Purwodadi.
Akhirnya saya sampai juga di pastoran paroki tersebut pada malam hari menjelang kamis putih. Oleh Romo Andri MSF, saya diminta mempersiapkan diri untuk membantu perayaan tri hari suci di gereja paroki tersebut. Maka, mulai malam itu aku mempersiapkan diri mulai dari renungan-renungan sampai latihan menyanyikan exultet.
Jumlah umat paroki tersebut tidak begitu banyak jika dibandingkan jumlah umat paroki Banteng dimana skolastikat MSF berada. Bagi kebanyakan umat di Paroki Keluarga Kudus Banteng tidak asing dengan kehadiran frater, suster, maupun bruder karena saking banyaknya komunitas di paroki banteng. Akan tetapi, bagi umat paroki HYMK Purwodadi kehadiran seorang frater seolah menjadi barang langka. Bahkan mereka menganggap seorang frater mumpuni, serba bisa, padahal saya sendiri masih belajar. Saya mencoba untuk memberikan diri semampu saya dan sesuai peran saya sebagai calon imam.
Saya mendampingi Imam setiap perayaan tri hari suci, kamis putih, jumat agung, dan malam paskah, serta minggu paskah. Selain itu, saya melibatkan diri dengan dinamika umat dalam persiapan perayaan paskah, seperti penataan tempat, merangkai bunga, latihan koor, latihan misdinar, dan persiapan paramenta. Bertegur sapa dengan umat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa,  sampai yang sudah lanjut usia. Kebanyakan mereka mengaku senang atas kehadiran seorang frater yang memberi kemeriahan dalam perayaan paskah.
Syukur pada Tuhan bahwa kehadiran saya dirasakan baik dan membantu umat memasuki misteri agung iman kita yakni misteri paskah. Sungguh bahagia rasanya melihat keceriaan umat ketika saling memberi ucapan paskah. Kebangkitan Yesus memberi sukacita dan semangat persaudaraan. Akan tetapi, kiranya tidak terhenti pada rasa senang belaka. Kristus sendiri mengajak kita untuk semakin beriman dalam pekerjaan dan menghayati salib Tuhan. Dengan kata lain, kita diutus untuk mewartakan kabar sukacita melalui panggilan hidup kita masing-masing.

Panggilan
Setiap orang dipanggil Tuhan dengan cara masing-masing. Pada dasarnya setiap panggilan mengarahkan manusia untuk hidup bersama Tuhan dan semakin mewujudkan kehendak Allah di dunia ini. Ada yang dipanggil untuk hidup berkeluarga dan melaksanakan karya-karya profesi. Ada pula yang terpanggil secara khusus dalam karya perutusan Allah dalam gereja sebagai Imam, Biarawan, dan Biarawati.
Panggilan dalam arti terbatas adalah panggilan imamat dan hidup bakti itu sendiri. Panggilan pada jaman ini bisa dikatakan langka. Hal itu bukanlah sebatas wacana tetapi sungguh nyata.
Setelah saling memberikan ucapan paskah, saya spontan mengajak para misdinar untuk mau masuk seminari menjadi imam. Akan tetapi, apakah tanggapan mereka? Salah seorang diantara mereka bernama Andre yang duduk di kelas XI SMA, dengan lantang menjawab, “Ya nanti biar anak saya saja, Ter!”
Waktu itu saya menjadi sadar bahwa inilah realita yang terjadi dalam gereja dimana panggilan tidak lagi menarik. Kerinduan umat akan sosok imam dan frater yang sedia melayani dan memimpin perayaan ekaristi, tidak diimbangi oleh semangat panggilan dalam diri kaum muda. Kaum muda jaman ini telah dipenuhi oleh pelbagai pilihan remeh dan tidak penting sehingga sulit untuk memilih pilihan-pilihan radikal, pelayanan demi banyak orang dalam mengikuti Yesus.
Kemajuan jaman ini menuntut setiap orang memiliki pegangan atau pedoman hidup. Banyak kasus kemerosotan moral terjadi karena banyak orang larut dengan kesibukan dan melupakan panggilannya sebagai anak Allah. Pedoman hidup yang paling utama bagi orang kristiani adalah Kristus sendiri. Bagaimana kita mengenal Kristus? Bagaimana bisa kita mengenal Kristus tanpa seorang saksi? Kristus tidak tinggal lagi dengan kita sebagaimana pengalaman Ia bersama para murid 2000 tahun yang lalu. Untuk mengenal Dia yang hidup, menderita, wafat, dan bangkit, kita membutuhkan saksi-saksi iman. Saksi-saksi iman tersebut tidak lain adalah imam, biarawan, dan biarawati yang secara khusus ambil bagian dalam pewartaan injil Tuhan.
Dari keprihatinan tersebut, kita disadarkan bahwa panggilan imam dan hidup bakti semakin penting di tengah spiritualitas, doa, dan karya pastoral umat beriman. Melihat kebutuhan mendesak tersebut tiada hentinya kita diundang untuk berdoa bersama secara khusus memohon kepada Tuhan akan tumbuhnya benih panggilan imamat dan hidup bakti di antara kaum muda.
Panggilan imamat dan hidup bakti memang tidak bisa dipaksakan. Hal itu karena tumbuh dari pengalaman personal perjumpaan dengan Kristus. Maka di sini, juga menuntut kesaksian yang baik diberikan oleh mereka yang menyandarkan diri kepada injil (imam, biarawan, dan biarawati) melalui perutusan mereka masing-masing sehingga semakin memikat orang untuk mempersembahkan diri secara total demi kerajaan Allah.
Yesus sendiri terus-menerus berkata, “Datanglah ke mari, ikutilah Aku” (Mrk 10:21). Saya tidak bermaksud menganalogikan ajakan saya kepada misdinar paroki HYMK Purwodadi dengan ajakan Yesus. Akan tetapi, tidak ada salahnya mengajak dan menantang kaum muda untuk ambil bagian dalam karya perutusan Kristus, sebagai imam, biarawan, dan biarawati.
Saya sadar mengikuti Yesus tidak mudah. Menerima undangan-Nya berarti tidak lagi memilih jalan kita sendiri. Saya sadar seringkali harus menyangkal diri dengan membenamkan kehendak diri sendiri ke dalam kehendak Yesus. Namun, jika kita mau mengistimewakan Dia di dalam hidup ini, kita pun akan diistimewakan oleh Dia.
Ivan Mahendra MSF

(disadur dari PRABA Tahun 64-No.12-Juni-II-2013)

Biara Nazareth-Skolastikat MSF

Biara Nazareth – Skolastikat MSF
Rumah Studi bagi Calon Imam-Biarawan MSF


Bagi kebanyakan umat Keuskupan Agung Semarang, tentu tidak asing dengan Kongregasi Para Misionaris Keluarga Kudus (MSF). Hal itu karena Para Romo MSF banyak berkarya di Keuskupan Agung Semarang (KAS) baik dalam bidang parokial maupun kategorial. Ada beberapa paroki KAS yang dilayani oleh Para Romo MSF, seperti: Solo, Salatiga, Purwodadi, Kudus, Pati, Juwana, Jepara, Temanggung, Parakan, Semarang, dan Yogyakarta. Sedangkan, contoh karya kategorial yakni terwujud dalam Komisi Pendampingan Keluarga KAS.
Sebagai kongregasi internasional, Kongregasi Para Misionaris Keluarga Kudus (MSF) mempersiapkan para calon misionaris baik imam maupun bruder sehingga kelak dapat mengemban tugas perutusan dimanapun gereja membutuhkan. Maka dari itu, salah satu tempat formasio para calon imam-biarawan MSF adalah Biara Nazareth – Skolastikat MSF di jalan kaliurang Km. 7,5 Sleman Yogyakarta.
Sebelumnya disebut “Wisma” Nazareth, akan tetapi kini menjadi Biara Nazareth. Mengapa demikian? Perubahan itu kiranya ingin menegaskan, bahwa tempat ini disebut Biara karena di sana tinggal para biarawan baik imam, calon imam maupun bruder anggota Congregatio Missionariorum a Sacra Familia (MSF). Sedangkan, pengenaan nama “Nazareth” mengacu pada hidup Yesus sendiri (Bdk. Luk. 2:39-40). Sebelum memulai karya, Yesus mendapatkan pendidikan dalam asuhan Maria dan Yusuf di Nazareth. Senada dengan hal itu, istilah “skolastikat” pun ingin menunjukkan bahwa tempat ini ialah rumah studi dan tempat pendidikan (formasio) bagi para calon imam dan bruder MSF.

Frater Skolastik MSF – “Frater Banteng”
Setelah menjalani masa novisiat di Salatiga dan mengucapkan kaul pertama dalam kongregasi MSF, Para frater MSF resmi menjadi penghuni Biara Nazareth ini. Biara Nazareth (Binaz) ini cukup familiar karena letaknya berdampingan dengan Paroki Keluarga Kudus Banteng Yogyakarta. Oleh karena itu, para frater pun ikut terlibat dalam dinamika umat paroki tersebut. Tidak jarang, umat sekitar menyebut Para Frater Skolastikat MSF sebagai “Frater Banteng”, untuk membedakan dengan frater dari konvik lain.
Tugas perutusan utama frater penghuni Binaz ini ialah studi. Hal itulah menjadi alasan ada sebutan frater skolastik (student). Biara Nazareth inilah menjadi rumah studi para frater skolastik MSF. Untuk menunjang fungsi rumah studi, Biara Nazareth terdiri dari beberapa unit yakni, unit Filosofan, unit Teologan, dan unit Patres. Unit filosofan merupakan tempat bagi para frater tingkat I—IV yang sedang bergumul dengan bidang filsafat. Unit Teologan merupakan tempat bagi para frater tingkat V—VI yang merampungkan studi teologi. Sedangkan, unit Patres adalah tempat bagi para Romo Staff-Formator. Semua Frater tersebut adalah mahasiswa Fakultas Kepausan Teologi Wedabhakti (FTW) Yogyakarta. Sedangkan, beberapa romo staff-formator juga merupakan dosen di fakultas yang sama.

Cara Hidup Keluarga Kudus
Walaupun di atas digambarkan ada unit masing-masing, para penghuni Biara Nazareth ini bak satu keluarga. Para anggota MSF tidak terkecuali para frater penghuni Binaz ini menghayati cara hidup Keluarga Kudus Nazareth yang merupakan spiritualitas kongregasi. Maka dari itu, di tengah kesibukan studi masing-masing, penghuni Skolastikat MSF ini hidup seturut acara harian komunitas. Hal itulah yang menjadi reminder bahwa pertama-tama identitas para frater skolastik MSF adalah “Biarawan sekaligus mahasiswa” dan bukan sebaliknya.
Kebanyakan frater menyatakan bahwa hidup bersama dalam komunitas menjadi salah satu cara memelihara panggilan mereka. Karena itu, acara komunitas menjadi perhatian bersama, misalnya Perayaan Ekaristi-Doa Bersama, bekerja bersama, rekreasi bersama, olahraga bersama, bahkan memasak bersama. Selain memupuk rasa kekeluargaan, hidup dalam komunitas pun melatih sikap tanggung jawab, misalnya dalam pembagian tugas-tugas harian.
Yohanes Berthier, pendiri kongregasi MSF pun pernah berpesan, “Pekerjaan tangan tidak akan mengotori tangan imam-calon imam!” Maka dari itu, opera manualia menjadi salah satu sarana para frater untuk bertekun dalam pekerjaan tangan sederhana: menyapu, mengepel, memasak, cuci piring, membersihkan WC, dsb. Selain itu, aspek humaniora para frater pun berkembang dengan bermusik, bertani, kerja tangan, dsb. Studio musik komunitas dapat menjadi tempat bagi para frater mengembangkan jiwa seninya. Sedangkan, Para Frater yang mempunyai minat bertani pun dapat bersama karyawan membudidayakan tanaman organik.

On Going Formation
Romo Y. Sulistjanto, MSF, Staff-Koordinator Spiritualitas Binaz pun tiada hentinya mengingatkan para frater untuk memperhatikan On Going Formation. Sebagai calon imam, tidak cukup hanya pandai dalam bidang akademik saja. Paling tidak tujuan pembinaan calon imam itu menyangkut perutusan (studi), hidup bersama (komunitas), dan hidup doa/rohani. Bagaimana hidup doa dibina dalam rumah studi ini?
Para frater telah memiliki pendasaran hidup rohani di novisiat. Harapannya para frater secara pribadi terus mengolah diri dan relasinya dengan Tuhan. Ada beberapa kegiatan yang dikhususkan untuk membina hidup rohani para frater, antara lain: rekoleksi, retret, dan konferensi rohani yang rutin dilakukan tiap bulannya. Akan tetapi, penting pula bagi para frater untuk mengolah hidup mereka lebih mendalam. Maka, bimbingan rohani dengan para romo pembimbing rohani diperlukan demi kemajuan hidup panggilan mereka.

Latihan Kerasulan
Dalam rangka mengembangkan diri dan mempersiapkan diri untuk tugas perutusan sebagai imam MSF, para frater diberi kesempatan untuk latihan kerasulan.  Unik hanya terjadi di Skolastikat MSF, para frater terbagi dalam 3 macam kerasulan sesuai karisma kongregasi MSF, yakni Kerasulan Panggilan, Kerasulan Keluarga, dan Kerasulan Misi. Setiap frater diharapkan pernah ambil bagian dalam ketiga kerasulan itu selama masa formatio di Biara Nazareth.
Setiap kerasulan pun memiliki tugas masing-masing. Kerasulan panggilan memiliki visi memelihara panggilan hidup umat beriman baik sebagai awam maupun secara khusus panggilan hidup bakti, misalnya dengan pendampingan putra-putri Altar dan weekend-animasi panggilan. Kerasulan keluarga para frater skolastik MSF, misalnya dengan kunjungan keluarga dan mempersiapkan calon manten dalam kursus perkawinan. Sedangkan, kerasulan misi biasanya mengambil kesempatan dalam mendampingi para napi di lembaga permasyarakatan, mendampingi kelompok kategorial di paroki-paroki sekitar Biara, dan tim pelaksana outbond. Sekali lagi, ketiga kerasulan tersebut dimaksudkan untuk sarana latihan para frater untuk mempersiapkan diri menjadi imam yang dapat melayani umat dengan baik.

Agenda Komunitas Binaz
Walaupun libur kuliah, para frater MSF tidak otomatis cuti liburan ke rumah keluarga masing-masing. Setiap frater mendapat jatah libur sesuai aturan propinsi, setidaknya 2 minggu dalam 1 tahun dan diambil tiap semester. Pada Hari Raya Natal dan Pekan Suci Paska para frater tidak pulang melainkan bertugas assistensi ke paroki-paroki MSF di Jawa. Tugas itu dimaksudkan sebagai sarana gladi para frater untuk semakin mengenal dinamika hidup seorang imam di tengah medan karya. Di samping itu, Para Frater MSF mengenal live-in umat yang biasa diadakan setiap libur semester kuliah. Live-in umat itu diadakan di paroki-paroki MSF sehingga menambah pengalaman perjumpaan para frater dengan umat.
Acara yang rutin berlangsung dan menjadi perhatian anggota komunitas bahkan Propinsi, antara lain: Pelantikan Lektor-Akolit, Kaulan, dan Tahbisan. Pelantikan Lektor-Akolit diperuntukkan bagi para frater tingkat IV. Acara ini biasanya rutin berlangsung setiap 19 September, bertepatan peringatan Bunda Maria La Sallete (pelindung kongregasi MSF). Sedangkan, upacara pengikhraran-pembaruan kaul atau sering disebut kaulan pun menjadi agenda rutin komunitas Binaz yang biasanya dilaksanakan di bulan Juli. Bagi kauliawan pertama yang mengikharkan kaul untuk pertama kalinya dan kauliawan kekal yang mengucapkan kaul kekal, kaulan menjadi moment bersejarah dalam hidup panggilannya apalagi nanti dalam perayaan tahbisan. Perayaan Tahbisan menandai puncak pendidikan calon imam sekaligus menjadi awal hidup baru bagi para imam baru dalam memulai karya mewartakan kabar sukacita Tuhan.
 
I’m Proud to be MSF. How About You?
Sejatinya masih banyak cerita tentang Biara Nazareth. Jika anda berminat ingin mengetahui lebih jauh tentang biara nazareth beserta para Romo-Frater MSF; datanglah ke Biara Nazareth Yogyakarta atau hubungi para para Romo-Frater MSF, (0274) 885702 / facebook: Kerasulan Panggilan MSF.

Ivan Mahendra MSF